Wednesday 19 September 2012

Monolog Hujung Malam 1


#Minit-minit rompong , tubuh halus lekas merajai sarira ini dengan keluhan paling lemas .
Aku tak merisak nafas-nafas kalian . Bebaslah . Tapi adakah aku salah menjiwai tulisan aku sendiri . Ini saja Tuhan beri aku .

#Yg pernah mati , tolong beritahu aku . Apa pandangan kalian tentang aku dan mereka ini .
Kenapa dunia kita selalu ada beza . Hanya dengan beberapa darjat , ideologi dan kedewasaan . Sebenarnya salah siapa

#Sedikit kurnia Tuhan , aku memijak dunia mereka . Langsung , aku tak layak . Kemudian aku balik semula di sudut paling pencil itu . Perhati

#Mereka rata-rata penuh dengan keriangan , rakan duniamati . Dan paling hujung itu ; aku . Tetap dicerca walau lama bertongkat mentari .

#Ruang kecil ini, aku harap ada kabus yg pisahkan dengan mereka . Bukan anti-sosialis . Mereka terlalu hebat hendak dikira banding dengan aku

#Dunia ini memang untuk kita . Untuk kau , aku dan mereka itu . Sebab itu aku pilih paling hujung . Nampaknya aku masih ada ruang kecil .

#Kalau-pun aku ini menjengkelkan di mata mereka . Aku tetap berusaha untuk berdiri sebaiknya . Walau terasing di pencil .

#Kalau-pun aku mahu merentap jiwa lusuhnya . Itu semua perlu ada logika .
Perlahan . Aku kayuh untuk sampai ke mimpi kau . Terlalu sesak dengan mereka . Nah , ini dia untuk kau . Kau saja .

#Kemudian masa , dia akan buta dengan jiwanya bermata satu .

#Similariti . Kita semua . Tapi ironinya , ada masa kita di tengah-tengah minoriti .

#Susuk tubuh tanpa apa-pun . Bernaluri-kan cinta dan aman dunia . Bicara yg kabur , tulisan yg pekat . Itu sahaja aku ada .

#Berasal dari longgokan emosi pedih dan perih . Tapi dia masih layak untuk tersenyum . Kalaupun dua-nya .

#Rasanya berjaya ke kalau aku cuba yakinkan diri bahwa ruang itu perlu wujud atas suka sama suka . Semua itu masih kelabu .

#Sebenarnya mengeluh tiba malam ini , aku cuba reka satu ruang . Isolasi-kan semalam dan hari ini .

#Dan sampai malam ini , aku masih lagi menggantung origami biru pada langit . Kekal bersebelahan bintang .

| Andika


No comments:

Post a Comment

Berteleku

Kini di lembaran baharu, aku menukil lagi, sisa yang tertinggal, di persembunyian rindu. Apakah kita yakin segalanya telah pergi? Begi...